Categories: Article

Anggaran Belanja, Utamakan Kebutuhan daripada Keinginan

Komentar wakil presiden Bpk. Jusuf Kalla pada saat diwawancarai cukup menarik untuk direnungkan. Komentarnya itu merupakan tanggapannya pada protes atas kenaikan premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.

Menyikapi protes itu, seperti yang tertulis dalam judul berita, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kalau “beli pulsa dan rokok banyak, tetapi BPJS naik mengeluh”.

Komentar Bpk. Jusuf Kalla ini cukup menarik. Ini bisa menjadi bahan evaluasi diri bagi kita.

Tetapi ini tidak berbicara tentang BPJS atau mendukung pendapat Bpk. Jusuf Kalla. Saya hanya melihat sisi lain dari komentar itu.

Kalau dirunut lebih jauh, komentar itu bisa berbicara tentang sistem budgeting pribadi atau juga di keluarga kita. Bagaimana kita membuat budgeting dalam kehidupan harian kita?

Prinsipnya, siapa saja mesti mempunyai anggaran pribadi dan keluarga. Biasanya, orang yang pandai mengatur anggaran pribadi, dia juga akan gampang mengatur anggaran keluarga. Begitu pula sebaliknya. Yang biasanya amburadul dalam mengatur anggaran pribadi, akan kesulitan dalam mengatur anggaran keluarga.

Soal pulsa dan rokok adalah soal anggaran pribadi. Ini bisa juga menjadi anggaran keluarga agar tidak ada keluhan dari anggota keluarga yang lain tentang pengeluaran yang tidak seimbang.

Mengapa Membuat Anggaran?
Rokok memang sulit dianggarkan dalam budget keluarga. Bahkan merokok juga akan bisa merusak anggaran pribadi. Bagaimana tidak, seorang perokok berat akan sulit mengatur kebiasannya merokok. Salah satu cara adalah perlahan-lahan berhenti untuk merokok. Ini adalah salah satu solusi agar merokok tidak mengganggu anggaran pribadi dan keluarga.

Sementara itu, hemat saya, pulsa juga bisa dianggarkan. Apalagi sistem pulsa yang berbasis pada kuota tertentu. Konsumsi pulsa mesti dianggarkan dengan baik agar adanya keseimbangan dalam budgetIng. Kita bisa mengganggarkan pulsa kita menurut jumlah kuota tertentu.

Seperti misal, saya biasanya menganggarkan 2 GB selama sepekan. Kalau empat Minggu atau sebulan, saya bisa menghabiskan 8 GB. Kuota seperti itu menjadi anggaran bulanan karena kalau tidak dianggarkan, saya bisa tidak terkontrol dalam membeli pulsa. Mungkin anggarannya akan berbeda dengan orang yang pekerjaannya bersentuhan langsung dengan internet.

Tentunya, anggaran pemakaian pulsa dibarengi dengan disiplin diri. Kita mesti tahu kalau berapa jumlah kuota yang mesti dikonsumsi selama sebulan.

Disiplin diri ini bermaksud agar kita tidak asal mengkonsumsi pulsa. Kalau tidak, kita bisa dikeruk karena pemakaian yang tak terkontrol. Dengan kata lain, pakai untuk kebutuhan dan bukan saja untuk kesenangan sesaat.

Saya kira pulsa bukanlah prioritas. Mungkin untuk kalangan tertentu, pulsa adalah prioritas karena itu bersentuhan dengan pekerjaan. Tetapi kalau pulsa hanyalah untuk melanggengkan komunikasi, saya kira pemakain pulsa itu dikontrol. Berapa sih anda membeli pulsa selama sebulan?

Hemat saya, kalau jumlah pemakaian pulsa sudah melebihi biaya makanan, hal ini menjadi alarm serius dalam budgeting. Karena itu, kita mesti serius mengatur budgeting pribadi dan keluarga kita. Sejatinya, kita mengatur budgeting kita menurut kebutuhan dan bukan hanya sebatas keinginan.

Antara kebutuhan dan keinginan
Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang bisa menjelaskan antara kebutuhan dan keinginan, yakni “need” dan “want”.

Erin Huffstetler dalam artikelnya, “Distinguishing Between Wants and Needs,” berisi tentang menjelaskan dua kata ini, “need” dan “want”.

Menurut Huffstetler, “need” menyangkut hal-hal yang penting dalam kehidupan. Seperti misal, kita membutuhkan tempat untuk hidup, pakaian untuk dikenakan dan makanan untuk dimakan. Jadi, “need” itu menyangkut kebutuhan penting kita di dalam kehidupan harian kita.

Sementara “want” menyangkut sesuatu yang kita inginkan segera atau di saat yang akan datang. Apa yang kita inginkan itu tidaklah mendesak dan bahkan bisa ditunda. Ini sangat bergantung pada keadaan finansial. Dan kalau kita sungguh menginginkannya kita mengaturnya dalam sistem budgeting pribadi atau keluarga.

Komentar Bapak Jusuf Kalla bisa menjadi sentuhan bagi kita untuk mencermati prioritas kita di dalam hidup. Rokok tentunya bukanlah prioritas.

Pemakaian pulsa juga dipakai berdasar pada kebutuhan dan bukan pada kesenangan semata. Tujuannya, agar anggaran kita, baik itu yang bersifat pribadi maupun komunal bisa terkontrol dan diatur dengan baik.

Sumber : Kompasiana

Share This :
Redaksi JKK

Recent Posts

Menyambut Era Baru dengan Solusi Revolusi Bisnis

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia bisnis telah berkembang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kemajuan teknologi, globalisasi, dan perubahan…

2 weeks ago

Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024

Jangan pernah lelah bermimpi. Mimpi adalah kekuatan yang dapat menggerakkan kita untuk meraih kesuksesan. Mari kita bangun Indonesia yang lebih…

4 weeks ago

Menanggapi Pertanyaan dari Berbagai Sumber yang Masuk

“PT Jasa Konsultan Keuangan telah berdiri sebagai konsultan yang kredibel selama lebih dari dua dekade, menawarkan layanan yang melampaui laporan…

1 month ago

Tehnologi dan akuntansi Dalam Asmaraloka

  “Di era Asmaraloka digital, teknologi bukan lagi sekedar alat, melainkan penggerak utama dalam menyempurnakan proses akuntansi. PT Jasa Konsultan…

1 month ago

Full Stack Marketer

Di era digital yang dinamis dan berkembang pesat, seorang Full Stack Marketer adalah aset berharga bagi perusahaan. Mereka memiliki kemampuan…

1 month ago

Jasa Service AC

Merawat AC secara rutin bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga investasi. Dengan service AC yang tepat, performa optimal dan umur…

2 months ago